Senin, 26 Oktober 2015

ANTENA FREKUENSI 800, 900 dan 1800 PADA JARINGAN GSM


SISTEM KOMUNIKASI BERGERAK

ANTENA FREKUENSI 800, 900 dan 1800
PADA JARINGAN GSM






Disusun Oleh :
                                               Rahmad Syah Nasution             14223806

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2015


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Antena adalah salah satu suatu komponen yang mempunyai peranan sangat penting dalam sistem komunikasi, sehingga antena bisa dianggap sebagai tulang punggung sistem nirkabel. Denganperkembangan zaman saat ini teknologi komunikasi menuntut adanya antena yang berukuran kecil, ringan, murah, unjuk kerja baik dan mudah pemasangannya. Perkembangan industri antena pun kemudian banyak diciptakan dan dikembangakan untuk berbagai macam aplikasi. Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan melalui antena akan di distribusikan dengan pola tertentu, misalnya ke semua arah atau hanya tertuju pada satu arah spesifik tertentu saja. Pemilihan pola pancar / pola radiasi disesuaikan berdasarkan karakter yang di miliki pada masing-masing antena.
Keunggulan suatu sistem telekomunikasi tidak hanya ditentukan oleh kualitas pemancar dan penerimanya saja, namun juga sangat dipengaruhi oleh kualitas pemancaran dan penerimaan antena, diantaranya ialah antena dipole. Antena dipole merupakan antena fundamental untuk pemancaran dan penerimaan gelombang radio. Salah satu karakteristik antena dipole tunggal yang akan dibahas disini adalah pola radiasi antena. Pola radiasi antena terjadi karena adanya gelombang elektromagnetik yang dipancarkan lewat udara bebas dalam suatu bentuk radiasi (pancaran) tertentu dalam medan radiasi, yaitu medan jauh (Farfield/Fraunhofer). Pola radiasi antena bisa berubah-ubah berdasarkan nilai parameter yang ditentukan sebagai variabel, misalnya faktor pengali panjang gelombang.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1      Pengertian Antena
Dalam sejarah komunikasi, perkembangan teknik informasi tanpa menggunakan kabel ditetapkan dengan nama antena. Antena berasal dari bahasa latin antena yang berarti tiang kapal layar. Dalam pengertian sederhana kata latin ini berarti juga penyentuh atau peraba sehingga kalau dihubungkan dengan teknik komunikasi berarti bahwa antena mempunyai tugas menyelusuri jejak gelombang elektromagnetik, hal ini jika antena berfungsi sebagai penerima. Sedangka jika   sebagai   pemanca maka   tuga anten tersebut   adalah menghasilkan sinyal gelombang elektromagnetik.
Anten dapa juga   didefinisikan   sebagai   sebuah   ata sekelompok konduktor yang digunakan untuk memancarkan atau meneruskan gelombang elektromagnetik menuju ruang bebas atau menangkap gelombang elektromegnetik dari ruang  bebas. Energi listrik dari pemancar  dikonversi menjadi gelombang elektromagnetik dan oleh sebuah antena yang kemudian gelombang tersebut dipancarkamenuju  udara  bebas.  Pada  penerima  akhir  gelombang elektromagnetik dikonversi menjadi energi listrik dengan menggunakan antena.

Gambar 2.1 Antena Sebagai Pengirim dan Penerima



2.2      Gelombang Elektromagnet
Gelombang elektromagnet adalah gelombang yang mempunyai sifat listrik dan sifat magnet secara bersamaan. Gelombang radio merupakan bagian dari gelombang elektromagnetik pada spectrum frekuensi radio.
Spektrum elektromagnetik dapat dibagi dalam beberapa daerah yang terentang dari sinar gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada gelombang mikro dan gelombang radio dengan panjang gelombang sangat panjang. Biasanya dalam mendeskripsikan energi spektrum elektromagnetik dinyatakan dalam  panjang gelombang untuk energi menengah, dan dalam frekuensi untuk energi rendah (λ ≥ 0,5 mm). Istilah "spektrum optik" juga masih digunakan secara luas dalam merujuk spektrum elektromagnetik, walaupun sebenarnya hanya mencakup sebagian rentang panjang gelombang saja (320 - 700 nm). Gelombang dikarakteristikkan oleh panjang gelombang dan frekuensi. Panjang gelombang (λ) memiliki hubungan dengan frekuensi (ƒ) dan kecepatan ) yang ditunjukkan pada Persamaan :
Kecepatan ) bergantung pada medium. Ketika medium rambat adalah hampa

udara (free space), maka :
v = c = 3 x 108 m/s    



2.3      Karakteristik Antena
Beberapa karakter antena yang perlu dipertimbangkan dalam memilih jenis antena untuk suatu aplikasi (termasuk untuk digunakan pada sebuah teleskop radio), yaitu pola radiasi, directivity, gain, dan polarisasi. Karakter-karakter ini umumnya sama pada sebuah antena ketika antena tersebut menjadi peradiasi (Tx) atau menjadi penerima (Rx), untuk digunakan pada suatu frekuensipolarisasi, dan bidang irisan tertentu.

2.3. Pola Radiasi Antena
Pola radiasi antena didefinisikan sebagai representasi grafik dari sifat radiasi antena sebagai fungsi dari koordinat arah. Pada sebagian besar kasus, pola radiasi ditentukan pada luasan wilayah dan direpresentasikan sebagai fungsi dari koordinat directional. Pola radiasi antena adalah plot 3 dimensi distribusi sinyal yang dipancarkan (transmit) oleh sebuah antena, atau plot 3 dimensi penerimaan sinyal yang diterima (receive) oleh sebuah antena.
Gambar 2.2 Pola Radiasi Antena


    Directivity dari sebuah antena diukur pada kemampuan yang dimiliki antena untuk memusatkan energi dalam satu atau lebih menuju arah tertentu. Antena dapat juga ditentukan pengarahanya berdasarkan pada pola radiasinya yang menggambarkan bagaimana antena meradiasikan energi ke ruang bebas ataupun sebaliknya pada saat antena menerima energi dari ruang bebas.

 Berdasarkan arah pancarannya / pola radiasinya antena dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a.       Antena Directional / Unidirectional
Antena Directional atau disebut juga antena pengarah merupakan jenis antena yang memiliki sudut pemancaran yang kecil (narrow beamwidth) sehingga daya yang di pancarkan oleh antena lebih terarah dan relatif mampu menjangkau jarak yang cukup jauh. Antena directional mengirim dan menerima sinyal radio hanya pada satu arah yang menjadi tujuan/ pointing dan pada umumnya digunakan untuk koneksi point to point dan point to multiple point yang biasanya digunakan pada sisi hub. Berikut adalah jenis dari antena direktional seperti antena grid, parabolic, yagi, dan antena sectoral. Berikut merupakan gambaran secara umum bentuk pancaran yang dihasilkan oleh antena directional.

Gambar 2.3 Pancaran Antena Directional
b.      Antena Omni-Directional
Antena omni-directional mempunyai sifat radiasi atau pola pancaran sinyal 360 derajat dalam bidang tegak lurus berdasarkan pada medan magnetnya dan sering digunakan sebagai access point. Antena jenis ini tidak dianjurkan untuk digunakan pada saluran transmisi jarak jauh, dikarenakan pola pancaran antena omni-directional akan menangkap sinyal lain jika berada di dalam coverage area pola radiasi nya, sehingga di khawatirkan akan menyebabkan terjadinya interferensi. Antena omni-directional mengirim dan menerima sinyal radio dari semua arah secara sama, biasanya digunakan untuk koneksi multiple point atau hotspot. Berikut adalah gambar bentuk pancaran yang dihasilkan oleh antena omni-directional.
Gambar 2.4 Pancaran Antena Omni-Directional

2.3. Polarisasi Antena
Polarisasi antena merupakan arah perambatan medan listrik / radiasi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu antena dimana arah elemen antena terhadap bidang permukaan bumi sebagai referensi.
Ada empat macam polarisasi antena yaitu polarisasi vertikal, polarisasi horizontal, polarisasi circular, dan polarisasi cross, yaitu:
a.       Polarisasi Vertikal
Radiasi gelombang elektromagnetik dibangkitkan oleh medan magnetik dan gaya listrik yang selalu berada di sudut kanan. Kebanyakan gelombang elektromagnetik dalam ruang bebas dapat dikatakan berpolarisasi linier. Arah dari polarisasi searah dengan vektor listrik. Bahwa polarisasi tersebut adalah vertikal jika garis medan listrik yang disebut dengan garis E berupa garis vertikal maka gelombang dapat dikatakan sebagai polarisasi vertikal. Berikut adalah gambar yang menunjukkan arah rambat polarisasi vertikal.
Gambar 2.5 Arah rambat Polarisasi Vertikal

b.      Polarisasi Horizontal
Antena dikatakan berpolarisasi horizontal jika garis medan listrik yang disebut dengan garis E berupa garis horizontal, maka gelombang dapat dikatakan sebagai polarisasi horizontal. Polarisasi horizontal digunakan pada beberapa jaringan wireless. Berikut adalah gambar yang menunjukkan arah rambat polarisasi horizontal.
Gambar 2.6 Arah rambat Polarisasi Horizontal

c.       Polarisasi Circular
Pada polarisasi circular arah rambat medan listrik berputar secara konstan terhadap antena. Ada dua jenis turunan pada antena polarisasi circular berdasarkan cara membuatnya yaitu left hand circular dan right hand circular. Medan Elektromagnetik pada right hand circular berputar searah jarum jam ketika meninggalkan antena. Medan elektromagnetik pada left hand circular berputar berlawanan arah jarum jam ketika meninggalkan antena. Berikut adalah gambar yang menunjukkan arah rambat polarisasi circular.
Gambar 2.6 Arah rambat Polarisasi Circular

d.      Polarisasi Cross
Polarisasi  cross  terjadi ketika antena pemancar mempunyai polarisasi horizontal, sedangkan antena penerima mempunyai polarisasi vertikal atau sebalikanya. Berikut adalah gambar yang menunjukkan arah rambat polarisasi cross.
Gambar 2.6 Arah rambat Polarisasi Cross

2.3. Gain Antena
Gain antena adalah karakter antena yang menggambarkan kemampuan antena dalam mengarahkan radiasi sinyal gelombang elektromagnetik, maupun pada saat menerima sinyal gelombang elektromagnetik yang datang dari arah tertentu. Gain bukanlah kuantitas yang dapat diukur dalam satuan fisis pada umumnya seperti watt atau ohm, melainkan suatu bentuk perbandingan. Oleh karena itu, satuan yang digunakan untuk gain adalah desibel (dB).
Gain dari sebuah antenna besarnya lebih kecil daripada penguatan antena tersebut yang dapat dinyatakan dengan :
Gain = G = k. D                      k = efisiensi antenna, 0 ≤ k ≤1
Gain antena dapat diperoleh dengan mengukur power pada main lobe dan membandingkan powernya dengan power pada antena referensi. Gain antena diukur dalam desibel, bisa dalam dBi ataupun dBd. Jika antena referensi adalah sebuah dipole, antena diukur dalam dBd. Symbol  “d” mewakili dipole, jadi gain antena diukur relative terhadap sebuah antena dipole. Jika antena referensi adalah sebuah isotropic, maka gain antena diukur relatif terhadap sebuah antena isotropic.
Gain suatu antena dapat dihitung dengan membandingkan kerapatan daya maksimum antena yang diukur dengan antena referensi yang sudah diketahui gainnya. Maka persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut :
Atau jika dihitung dalam nilai logaritmik dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :
                                             Gt = ( Pt – Ps ) + Gs
Dimana :
Gt = Gain total antena (dB)
Pt = Nilai level sinyal maksimum yang diterima antena terukur (dBm).
Ps = Nilai level sinyal maksimum yang diterima antena referensi (dBm).
Gs = Gain antena referensi (dB)

Decibel (dB) merupakan satuan dari gain antena. Decibel ditetapkan dengan dua cara, yaitu :
a.       Ketika mengacu pada pengukuran daya
b.      Ketika mengacu pada pengukuran tegangan
 
2.3. VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)
Bila impedansi saluran transmisi tidak sesuai dengan transceiver maka akan timbul daya refleksi (reflected power) pada saluran yang berinterferensi dengan daya maju (forward power). Interferensi ini menghasilkan gelombang berdiri (standing wave) yang besarnya bergantung pada besarnya daya refleksi. VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (standing wave) maksimum max dengan minimum min.
Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan (Vo+) dan tegangan yang direfleksikan (V0-). Perbandingan tegangan yang direfleksikan dengan tegangan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien refleksi tegangan :
Dimana Z1 adalah impedansi beban (load) dan Z0 adalah impedansi saluran loss less. Koefisien refleksi tegangan memiliki nilai kompleks, yang mempresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Penyesuaian impedansi (matching impedance) adalah suatu cara untuk menyesuaikan impedansi antena dengan impedansi karakteristik saluran, untuk beberapa kasus yang sederhana ketika bagian imajiner dari  adalah nol, maka:
I' = -1 : refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat
I' =  0 : tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan matched sempurna
I' = +1 : refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka

Sedangkan rumus untuk mencari nilai VSWR adalah :
2.3. Beamwidth Antena
Beamwidth Adalah besarnya sudut berkas pancaran gelombang frekuensi radio utama (main lobe) yang dihitung pada titik 3 dB menurun dari puncak  main lobe. Besarnya beamwidth dapat di rumuskan sebagai berikut :
Dimana :
B = 3 dB beamwidth (derajat)
f = frekuensi (Hz)
d = diameter antena (m)


Gambar 2.7 Beamwidth Antena
Gambar diatas menunjukkan tiga daerah pancaran yaitu main lobe (1), side lobe (2), dan back lobe (3). Half Power Beamwidth ( HPBW) adalah daerah sudut yang dibatasi oleh titik-titik ½ daya atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada main lobe. Sedangkan pengertian First Null Beamwidth (FNBW) adalah besar sudut bidang diantara dua arah pada main lobe yang intensitas radiasinya nol.
Lebar band frekuensi (bandwidth) antena adalah daerah frekuensi kerja saluran transmisi dimana, antena masih dapat bekerja dengan efektif. Pemakaian sebuah antena dalam sistem pemancar atau penerima selalu dibatasi oleh daerah frekuensi kerjanya. Pada range frekuensi kerja tersebut antena dituntut harus dapat bekerja dengan efektif agar dapat menerima atau memancarkan gelombang pada band frekuensi tertentu seperti ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar 2.8 Band Frekuensi

Daerah frekuensi kerja dimana antena masih dapat bekerja dengan baik dinamakan  bandwidth antena. Misalnya sebuah antena bekerja pada frekuensi tengah sebesar fc, namun ia juga masih dapat bekerja dengan baik pada frekuensi f1 (di bawah fc) sampai dengan f2  (di atas fc), maka bandwidth antena tersebut adalah :
Bandwidth yang dinyatakan dalam persen digunakan untuk menyatakan bandwidth antena yang memiliki band sempit (narrow band). Sedangkan untuk band yang lebar (broad band) biasanya digunakan definisi rasio antara batas frekuensi atas dengan frekuensi bawah.

2.4.       Antena Sektoral
Antenna Sektoral kadang kala di sebut dengan Antenna Patch Panel pada dasarnya tidaberbeda jauh dengan antenna omni. Biasanya digunakan untuk Access Point bagi sambungan Point-to-Multi-Point (P2MP). Umumnya antena sektoral mempunyai polarisasi vertikalbeberapa diantaranya juga mempunyai polarisasi horizontal.
Antenna  sektoraumumnya  mempunyai  penguatan  lebih  tinggi  dari antenna omni sekitar 10-19 dBi. Sangat baik untuk memberikan servis di daerah dalam jarak 6-8 km. Tingginya penguatan pada antenna sektoral biasanya di kompensasi dengan lebar pola radiasi yang sempit 45-180 derajat. Jelas daerah yang dapat di servis menjadi lebih sempit, dan ini sangat menguntungkan.
Secara umum radiasi antenna lebih banyak ke muka antenna, tidak banyak radiasi di belakang antenna sektoral. Radiasi potongan vertikal tidak berbeda jauh dengan antenna omni.
Antenna sektoral biasanya di letakan di atas tower yang tinggi, oleh karena itu biasanya di tilt sedikit agar memberikan layanan ke daerah di bawahnya.
Gambar 2.9 Antena Sektoral
Antena sektoral seperti halnya Antena Omnidirectional mempunyai polarisasi vertikal & dirancang untuk digunakan pada base stasion (BTS) tempaAkses Poinberada. Berbeda dengan antena omnidirectional yang dapamemberikan servis dalam jangkauan 360 derajat. Antena sektoral hanya memberikan servis pada wilayah / sektor yang terbatas. Biasanya 45-180 derajat saja. Pengaturan pancaran antena BTS menjadi sektoral (bukan omnidirectional) dilakukan dengan beberapa  alasateknis,  diantaranya  adalah  meningkatkan  kapasitas  jaringan. Sudut sektor yang umum biasanya di operasionalkan biasanya 120 derajat, sementara sudut sektor 90 derajat juga di terapkan di beberapa BTS. Keuntungan yang diperoleh dengan membatasi wilayah servis tersebut, antena sektoral mempunyai gain yang  lebibesar daripada antenna omnidirectional. Biasanya antena sektoral mempunyai gain antara 10-19 dBi.

2.5.     Sistem komunikasi selular
Sistem  komunikasi  selule merupakan  salah   sat jeni komunikasi bergerak, yaitu suatu komunikasi antara dua buah terminal dengan salah satu atau kedua terminal berpindah tempat. Dengan adanya perpindahan tempat ini, sistem komunikasi bergerak tidak menggunakan kabel sebagai medium transmisi.

2.5.1.   Defenisi komunikasi selular
Sebuah sistem komunikasi bergerak selular menggunakan sejumlah besar pemancar berdaya rendah  untuk menciptakan sel (daerah geografis) layanan dasar dari sistem komunikasi nirkabel (tanpa kabel).  Variabel tingkat daya antena pemancar memungkinkan  sel-sel diubah  ukurannya menyesuaikan  kepadatan pelanggan dan permintaan dalam suatu wilayah tertentu.
Komunikasi seluler modern memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.   Alokasi bandwith kecil
2.   Efisiensi pemakaian frekuensi tinggi, karena penggunaan frequency refuse.
3.   Modulasi digital.
4.   Daerah pelayanan dibagi atas daerah - daerah kecil yang disebut sel, sering disebut sebagai sistem seluler.
5.   Kapasitas besar
6.   Daya yang dipergunakan kecil
7.   Memiliki handoff
8.   Efisiensi kanal tinggi karena menggunakan mode akses jamak (multiply access) seperti frequency division multiple access (FDMA), time divisin multiple access (TDMA), dan code division multiple access (CDMA).

Pada bahwa setiap sel dengan base station (BS) terhubung ke mobile switching  center  (MSC).  MSC  ini  yang  akan  menghubungkan  sisteseluler dengan sistem wireline PSTN atau sebaliknya. Dengan adanya kemampuan berhubungadengan  komunikasi  wireline  yang  telaada  menjadikan  sistem seluler mendukung perkembangan komunikasi global di masa mendatang.

2.5.2     Sistem dan Arsitektur Jaringan GSM
Sebuah jaringan GSM dibangun dari beberapa komponen fungsional yang memilikfungsi  dan  interface  masing-masing  yang  spesifik.
 Secara  umum jaringan GSM dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
- Mobile Station
- Base Station Subsystem
- Network Subsystem
GSM (Global System for Mobile communication) adalah suatu teknologi yang digunakan dalam komunikasi mobile dengan teknik digital. Sebagai teknologi yang dapat dikatakan cukup revolusioner karena berhasil menggeser teknologi sistem telekomunikasi bergerak analog yang populer pada dekade 80-an, GSM telah memberikan alernatif berkomunikasi baru bagi dunia telekomunikasi yang lebih powerful. Dengan menggunakan sistem sinyal digital dalam transmisi datanya, membuat kualitas data maupun bit rate yang dihasilkan menjadi lebih baik dibanding sistem analog.
Teknologi GSM saat lebih banyak digunakan untuk komunikasi seluler dengan berbagai macam layanannya. Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih mengenal handphone sebagai aplikasi teknologi GSM yang paling populer. Sejak pertama pengimplementasiannya sampai sekarang GSM telah dikembangkan dalam tiga kelompok yaitu GSM 900, 1800 dan 1900. Perbedaan ketiga kelompok tersebut adalah pada lokasi band frekuensi yang digunakan. GSM 900 menggunakan frekuensi 900 MHz sebagai kanal transmisinya. GSM 1800 dan 1900 masing-masing menggunakan frekuensi 1800 dan 1900 MHz.
Gambar 2.10 Arsitektur Jaringan GSM
Sebuah jaringan GSM dibangun dari beberapa komponen fungsional yang memiliki fungsi dan interface masing-masing yang spesifik.
Secara umum jaringan GSM dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
1.      Mobile Station
MS merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk melakukan komunikasi. MS terdiri dari dari Mobile Equipment (ME) dan Subcriber Identity Module (SIM). ME merupakan terminal transmisi radio yang dilengkapi dengan  International Mobile Equipment Identity (IMEI), sedangkan SIM berisi nomor identitas pelanggan untuk masuk ke jaringan operator GSM.
2.      Base Station Subsystem
BSS terdiri dari tiga perangkat yaitu :
a.       Base Transceiver Station ( BTS )
BTS merupakan perangkat pemancar dan penerima yang menangani akses radio dan berinteraksi langsung dengan mobile station (MS) melalui air interface. BTS juga mengatur proses handover yang terjadi didalam BTS itu sendiri dan dimonitor oleh BSC.
b.      Base Station controller ( BSC )
BSC adalah interface antara BTS dengan MSC dan OMC. BSC juga mengendalikan beberapa BTS serta mengatur trafik yang datang dan pergi dari BSC menuju MSC atau BTS. BSC memanajemen sumber radio dalam pemberian frekuensi untuk setiap BTS dan mengatur handover ketika mobile station melewati batas antar sel.
c.       Transcoder (XCDR)
XCDR berfungsi untuk mengkompres data atau suara keluaran dari MSC (64 Kbps) menjadi 16 Kbps ke arah BSC dan sebaliknya untuk effisiensi kanal transmisi.
3.      Network Switching System (NSS)
NSS berfungsi sebagai  switching  pada jaringan GSM, memanajemen jaringan, sebagai  interface  antara jaringan GSM dengan jaringan lainnya. Komponen NSS pada jaringan GSM terdiri dari :
a.       Mobile Switching Center ( MSC )
MSC bertugas mengatur komunikasi antar pelanggan dan user jaringan telekomunikasi lainnya.
b.      Home Location Register ( HLR )
HLR merupakan database yang berisi data pelanggan yang tetap suatu wilayah cakupan. Data-data tersebut antara lain, layanan pelanggan, service tambahan dan informasi mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir
c.       Visitor Location Register ( VLR )
VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai pelanggan yang melakukan mobile (roaming) dari area cakupan lain.
d.      Authentication Center (AuC)
AuC berisi data base yang bersifat rahasia yang disimpan dalam bentuk format kode untuk pengamanan dan pengontrolan penggunaansistem seluler yang sah dan mencegah pelanggan yang melakukan kecurangan.
e.       Equipment Identity Register (EIR)
Merupakan data base terpusat yang berfungsi untuk validasi Internasional Mobile
f.       Equipment Identity (IMEI).
g.      Inter Working Function (IWF)
IWF berfungsi sebagai interface antara jaringan GSM dengan jaringan lain.
h.      Echo Canceller (EC)
EC digunakan untuk sambungan dengan PSTN untuk mengurangi echo (gaung/gema) dan delay.
4.      Network Management System
a.       Operation and Maintenance Center (OMC)
OMC sebagai pusat pengontrolan operasi dan pemeliharaan jaringan. Fungsi utamanya mengawasi alarm perangkat dan perbaikan terhadap kesalahan operasi.

b.      Network Management Centre (NMC)
NMC berfungsi untuk pengontrolan operasi dan pemeliharaan jaringan yang lebih besar dari OMC.
2.5. Konsep Seluler
Sel (cell) merupakan unit geografi terkecil dalam jaringan seluler. Ukuran sel yang berbeda-beda dipengaruhi oleh keadaan geografis dan  besar trafik yang akan di layani. Sel yang memiliki kepadatan trafik tinggi  ukuran sel dibuat kecil dan sel yanmemiliki kepadatan trafik rendah ukuran sel dibuat  lebih  besar. Selain istilah sel, pada sistem seluler dikenal pula istilah cluster yaitu kumpulan dari sel.
Gambar 2.11 Perbandingan Heksagonal dan Lingkaran
 Gambar 2.12 Bentuk Sel Sebenarnya.
Dari diatas terlihat bahwa keadaan sel sebenarnya berbentuk seperti amoeba dikarena radiasi antena tergantung pada keadaan geografis, sebaran daya pada antena tersebut.
Berdasarkan jenis antena yang digunakan, sel dapat dibagi menjadi dua yaitsel omnidireksional dan sel sektoral. Sel omnidireksional hanya mampu melayani  dengan  luasan  yang  sempit.
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
a.       Pada  penerima  akhir  gelombang elektromagnetik dikonversi menjadi energi listrik dengan menggunakan antenna. Energi listrik dari pemancar  dikonversi menjadi gelombang elektromagnetik dan oleh sebuah antena yang kemudian gelombang tersebut dipancarkamenuju  udara  bebas.  
b.      Beberapa karakter antena yang perlu dipertimbangkan dalam memilih jenis antena untuk suatu aplikasi (termasuk untuk digunakan pada sebuah teleskop radio), yaitu pola radiasi, directivity, gain, dan polarisasi.
c.       GSM telah dikembangkan dalam tiga kelompok yaitu GSM 900, 1800 dan 1900. Perbedaan ketiga kelompok tersebut adalah pada lokasi band frekuensi yang digunakan. GSM 900 menggunakan frekuensi 900 MHz sebagai kanal transmisinya. GSM 1800 dan 1900 masing-masing menggunakan frekuensi 1800 dan 1900 MHz.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar